Bila menoleh kebelakang, aku teringat dimasa kecil diwaktu masih duduk
dibangku Sekolah Dasar, setiap hari berjalan diatas pematang sawah dengan kaki
telanjang tanpa beralaskan, dan pakaian melengket ditubuhpun juga
seadanya. Kenapa…….….? Karena memang pada masa itu
khususnya di Desa-Desa seragam sekolah belum ditertibkan, dan tak kalah
pentingnya adalah adanya situasi keadaan ekonomi keluarga serba kekurangan di
dalam kemiskinan. Berangkat dari keadaan
yang demikian itu sering kami merasa minder, apa lagi teman-teman sering mengolok dan
mengejek dengan kata-kata kurang enak dicernak oleh telinga. Cemoan dan ejekan teman-teman hampir disetiap hari saya rasakan dikala itu,
tapi namanya masih anak-anak hal seperti itu hal yang biasa saja.
Perpustakaan |
Apalah hendak dikata, memang saya
terlahir dari tengah-tengah keluarga orang yang tak punya, orang tua hanyalah
seorang petani miskin yang serba kekurangan dan kehidupan sehari-harinyapun hanya mengaharapkan
dari hasil mengolah sawah. Demikianlah
keadaan keluarga kami hari-hari saya
lalui, namun semua itu tidak menyurutkan hati saya untuk tetap bersekolah.
Dengan adanya fasilitas sarana
dan prasarana sekolah saat itu masih serba kekurangan, tapi dibawa kepemimpinan
seorang guru kepala Sekolah yang bernama Bapak Zainuddin dengan manajemen yang baik, kami
semua murid dapat belajar dengan baik pula.
Dan paling tidak pemandangan bangunan sekolah yang compang camping
seperti gambar yang ada ini tak pernah
kami melihat, walaupun saat itu perekonomian kita bangsa Indonesia belum
stabil.
Kantor Guru |
Sekarang Era Reformasi, Otonomi
daerah, seharusnya punya kesempatan jauh lebih baik, andil dalam membangun Daerah
masing-masing sesuai dengan otoritas, tapi kenyataan jauh api dari panggang. Kemana
aparat-aparat pemerintah yang terkait, kemana pemimpin-pemimpin yang
katanya atas nama rakyat … Sungguh merupakan suatu ironis di era seperti
sekarang ini, masih ada pemandangan seperti itu terhadap sarana fasilitas-fasilitas
umum untuk mencerdaskan generasi Bangsa kedepan. Kami tak dapat berbuat banyak, tapi kami hanya
mengharap kepada mereka yang berkompeten bahwa semoga hati mereka dibukakan oleh
Allah dan ditutup kantong-kantong safari mereka, sehingga keadaan SD 244 Lapasa
Desa Mario
Kecamatan
Mare Kabupaten Bone Sulawesi Selatan yang demikian adanya, dapat terhindarkan
sebab saya yakin dan percaya bahwa, di
hati mereka-mereka masih ada Iman, perasaan dan tanggung jawab.
Sungguh malang nasibmu wahai
sekolahku, tempatku mendapatkan sesuatu yang tak ada menjadi ada, dari aku tak
tahu menjadi tahu.
D’Maritengah