18.33
Bila menoleh kebelakang, aku teringat dimasa kecil diwaktu masih duduk
dibangku Sekolah Dasar, setiap hari berjalan diatas pematang sawah dengan kaki
telanjang tanpa beralaskan, dan pakaian melengket ditubuhpun juga
seadanya. Kenapa…….….? Karena memang pada masa itu
khususnya di Desa-Desa seragam sekolah belum ditertibkan, dan tak kalah
pentingnya adalah adanya situasi keadaan ekonomi keluarga serba kekurangan di
dalam kemiskinan. Berangkat dari keadaan
yang demikian itu sering kami merasa minder, apa lagi teman-teman sering mengolok dan
mengejek dengan kata-kata kurang enak dicernak oleh telinga. Cemoan dan ejekan teman-teman hampir disetiap hari saya rasakan dikala itu,
tapi namanya masih anak-anak hal seperti itu hal yang biasa saja.
|
Perpustakaan |
Apalah hendak dikata, memang saya
terlahir dari tengah-tengah keluarga orang yang tak punya, orang tua hanyalah
seorang petani miskin yang serba kekurangan dan kehidupan sehari-harinyapun hanya mengaharapkan
dari hasil mengolah sawah. Demikianlah
keadaan keluarga kami hari-hari saya
lalui, namun semua itu tidak menyurutkan hati saya untuk tetap bersekolah.
Dengan adanya fasilitas sarana
dan prasarana sekolah saat itu masih serba kekurangan, tapi dibawa kepemimpinan
seorang guru kepala Sekolah yang bernama Bapak Zainuddin dengan manajemen yang baik, kami
semua murid dapat belajar dengan baik pula.
Dan paling tidak pemandangan bangunan sekolah yang compang camping
seperti gambar yang ada ini tak pernah
kami melihat, walaupun saat itu perekonomian kita bangsa Indonesia belum
stabil.
|
Kantor Guru |
Sekarang Era Reformasi, Otonomi
daerah, seharusnya punya kesempatan jauh lebih baik, andil dalam membangun Daerah
masing-masing sesuai dengan otoritas, tapi kenyataan jauh api dari panggang. Kemana
aparat-aparat pemerintah yang terkait, kemana pemimpin-pemimpin yang
katanya atas nama rakyat … Sungguh merupakan suatu ironis di era seperti
sekarang ini, masih ada pemandangan seperti itu terhadap sarana fasilitas-fasilitas
umum untuk mencerdaskan generasi Bangsa kedepan. Kami tak dapat berbuat banyak, tapi kami hanya
mengharap kepada mereka yang berkompeten bahwa semoga hati mereka dibukakan oleh
Allah dan ditutup kantong-kantong safari mereka, sehingga keadaan SD 244 Lapasa
Desa Mario
Kecamatan
Mare Kabupaten Bone Sulawesi Selatan yang demikian adanya, dapat terhindarkan
sebab saya yakin dan percaya bahwa, di
hati mereka-mereka masih ada Iman, perasaan dan tanggung jawab.
|
Ruangan Kelas |
Sungguh malang nasibmu wahai
sekolahku, tempatku mendapatkan sesuatu yang tak ada menjadi ada, dari aku tak
tahu menjadi tahu.
D’Maritengah
19.38
Desa Samaenre adalah suatu Desa yang ada di Kabupaten Bone bagian selatan, merupakan Desa hasil pemekaran dari Desa Libureng Kecamatan Tonra yang luasnya kurang lebih 35 Km persegi
Penduduk Desa Samaenre mayoritas adalah bercocok tanam atau petani musiman. Desa Samaenre merupakan suatu Desa yang letaknya Strategis bagi kehidupan masyarakat yang ada di Desa tersebut, kenapa.........?
Yang maha Kuasa memberikan sumber penghidupan hambahnya, di mana Desa Samaenre diapik dua buah sumber kehidupan yang kaya raya berupa :
- Disebelah barat terdapat hamparan tanah subur yang luas dan pebukitan sebagai lahan tempat masyarakat untuk berocok tanam guna memenuhi kehidupan dalam kesehariannya.
- Di sebelah Timur terhampar lautan luas, alam menyediakan kekayaan melimpah sebagai sumber nabati yang merupakan kebutuhan manusia dalam kehidupannya.
Karena adanya Desa Samaenre yang lataknya strategis, maka masyarakat dapat hidup sebagai petani dan juga sebagai nelayan.
Warga Desa Samaenre, pada awalnya bisa di katakan bahwa adalah warga yang tertinggal akan pendidikan formal, namun seiring dengan perkembangan dan kemajuan technologi dan informatika, bersamaan dengan itu pula kehidupan masyarkat akan mulai tergeser bahkan adat dan kebisaan leluhur, juga secara berlahan sudah mulai ditinggalkan.
Walaupun sebagian besar warga orang-orang tua tak pernah mengenyam yang namanya pendidikan sekolah, akan tetapi mereka sangat akan peduli pendidikan terhadap anak dan keturunannya. Salah satu bukti akan peduli terhadap pendidikan sekolah adalah, adanya salah seorang warga relah meghibahkan sebidang lahan miliknya untuk dibangun suatu sarana dan prasarana pendidikan yaitu Sekolah Dasar (SD). Sepasang suami isteri orang tua separuh baya bernama Palingei & Maemuna, itulah nama warga tersebut. yang sadar akan pentingnya pendidikan anak dan keturunannya di masa depan mendatang.
Dimana Orang tua sepasang suami isteri tersbut, diatas lahan miliknya dibangun suatu sekolah SD dengan ber status hibah, kalau itu merupakan amal bakti semoga beliau mendapatkan pahala yang sebanding dari Allah SWT. Insya Allah, dan kami sebagai anak putra dan putrinya hanya mengharap bahwa semoga dengan adanya sekolah tersebut, agar dapat dipergunakan dan fungsikan dengan baik dan tentu perawatan yang baik pula. Kita semua sadar dan kamipun juga sadar bahwa diera sekarang ini persaingan semakin ketat, dan bila kita tidak mempunyai keahlian dan ditunjang dengan ilmu pendidikan, maka dapat dipastikan bahwa kita akan ketinggalan' bahkan kita tidak bisa ikut andil berkempetisi. Itulah realita kenyataan hidup yang kita alami di era reformasi sekarang ini.
D'Maritengah